GpG8BSClGpG6TfroGpC8GSM9Gi==

PT KEI Hentikan Rencana Eksplorasi Migas, Warga Kangean Rayakan Kemenangan Rakyat dengan Doa Bersama

Masyarakat Kepulauan Kangean, Madura usai melaksanakan doa bersama dan syukuran atas dihentikan aktifitas ekploitasi minyak oleh PT KEI, Kamis (20/11/2025). (Foto: Kutipantau.com)
Kepulauan Kangean, Madura – Masyarakat Kepulauan Kangean tengah merayakan sebuah momentum bersejarah setelah PT Kangean Energy Indonesia (KEI) secara resmi menghentikan rencana eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) di wilayah perairan mereka. Keputusan ini disambut hangat sebagai kemenangan besar bagi warga yang selama berbulan-bulan berjuang mempertahankan tanah dan laut leluhur mereka.

 

Keputusan penghentian eksplorasi ini diambil setelah masyarakat melakukan perlawanan intensif selama kurang lebih empat bulan. Aksi penolakan dilakukan secara masif dan terorganisasi oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemuda, nelayan, hingga tokoh agama.

 

“Ini kemenangan rakyat! Kemenangan yang lahir dari keberanian seluruh elemen masyarakat yang berdiri teguh membela tanah leluhur,” tegas Miftah, aktivis Kangean yang sejak awal berada di garis depan perjuangan.

 

Perlawanan masyarakat tidak hanya dilakukan melalui dialog dan tekanan sosial, tetapi juga aksi lapangan yang nyata. Salah satunya adalah demonstrasi laut yang melibatkan puluhan nelayan hingga akhirnya berhasil mengusir kapal survei seismik PT KEI dari perairan selatan Kangean. Gelombang tekanan kolektif inilah yang dinilai menjadi faktor utama mundurnya perusahaan dari proyek eksplorasi tersebut.

 

Sebagai bentuk syukur dan komitmen menjaga kelestarian pulau, ribuan warga dari berbagai desa menggelar acara “Doa Bersama Menjaga Tanah Leluhur” pada Kamis (20/11/2025). Acara yang dipusatkan di Alun-alun Arjasa itu dihadiri pemuda, nelayan, tokoh masyarakat, serta seluruh lapisan warga Kangean.

 

Menurut Miftah, doa bersama ini menjadi simbol bahwa perjuangan masyarakat Kangean tidak hanya hadir dalam bentuk aksi fisik, tetapi juga lahir dari kesadaran spiritual yang mendalam.

 

“Doa bersama ini bukan sekadar seremoni. Ini komitmen batin bahwa perjuangan kita belum selesai. Meskipun PT KEI sudah mundur, advokasi akan terus kita lanjutkan hingga pusat. Kita harus tetap waspada jika ancaman eksploitasi datang lagi,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, tanggal 20 November di Alun-alun Arjasa kini menjadi momen persatuan masyarakat Kangean yang akan terus dikenang sebagai tonggak perlawanan bersama. Kemenangan ini dipandang bukan sebagai akhir, melainkan awal untuk memperkuat barisan dan menjaga ruang hidup bagi generasi mendatang.

 

“Tanah leluhur ini aman karena kita menjaganya bersama. Dan kita tidak akan pernah berhenti,” pungkas Miftah.

 

Acara syukuran ditutup dengan doa bersama serta seruan menjaga Kangean sebagai warisan yang harus dilindungi dari segala bentuk ancaman eksploitasi di masa depan.

0Komentar