GpG8BSClGpG6TfroGpC8GSM9Gi==

Dorong Keberlanjutan Pertanian Kakao, Mahasiswa Unej Jember Lakukan Pembibitan Kakao Lewat Program "Bertani untuk Negeri"

Mahasiswa Universitas Negeri Jember

Universitas Negeri Jember- Pertanian telah menjadi tulang punggung bagi kehidupan manusia sejak zaman kuno. Sebagai sektor yang vital dalam menyediakan pangan, pakaian, bahan bakar, dan bahan baku lainnya, pertanian memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks modern, pertanian tidak hanya berkembang sebagai kegiatan produksi, tetapi juga sebagai industri yang inovatif dan berkelanjutan.

Dengan populasi global yang terus bertambah dan perubahan iklim yang semakin nyata, tantangan dalam sektor pertanian semakin kompleks. Teknologi dan praktik pertanian yang berkelanjutan menjadi kunci dalam memastikan produksi pangan yang cukup, aman, dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Dalam konteks ini, pemahaman yang mendalam tentang pertanian, tantangan, dan inovasi dalam sektor ini menjadi semakin penting untuk memastikan ketahanan pangan global dan kesejahteraan petani.

Pertanian tidak hanya menjadi aspek ekonomi, tetapi juga menjadi fondasi bagi keberlanjutan lingkungan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan sosial. Salah satu contoh penting dari sektor pertanian adalah produksi kakao di Indonesia. Produksi kakao di Indonesia mencapai 688,21 ribu ton dan tersebar di seluruh Indonesia. 

Pulau Sulawesi merupakan penghasil utama kakao di Indonesia, dengan Sulawesi Tengah memiliki lahan produksi kakao terluas sebesar 19% dari keseluruhan produksi kakao di Indonesia (Wulandari dkk., 2023). Di sisi lain, Sulawesi Tenggara memiliki 16% lahan produksi, Sulawesi Selatan sebesar 14%, dan Sulawesi Barat 10% dari total produksi kakao di Indonesia.

Mayoritas lahan produksi kakao di Indonesia dimiliki oleh perkebunan rakyat, mencapai 99,7% dari total produksi atau sekitar 686,44 ribu ton. Sementara itu, hanya 0,3% dari luas produksi keseluruhan yang dikendalikan oleh Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Besar Negara (Badan Pusat Statistik, 2021). Namun, terdapat permasalahan dalam perkebunan petani, yaitu banyaknya pohon kakao yang telah tua dan terkena hama ataupun penyakit. Tidak hanya itu, pada bulan Februari harga kakao meningkat hingga Rp 150.000 per kilogram.

Menghadapi tantangan tersebut, inovasi dalam pembibitan kakao menjadi salah satu solusi yang diupayakan. Aprillia Ardhi Kenzha Cahya Ningrum, mahasiswa dari Universitas Jember yang sedang magang di Yayasan Edu Farmers dalam program "Bertani Untuk Negeri," bersama rekan serta mentor Cluster Rahmat, melakukan pembibitan kembali dengan menggunakan ekstrak bawang merah serta dilakukan pengupasan kulit kakaonya. Inovasi ini menarik perhatian banyak petani, yang kemudian menambah polybag untuk pembibitan sendiri.

Mahasiswa Universitas Negeri Jember
Pembibitan ini dilakukan dengan teknik sederhana. Bagian atas dan samping-sampingnya ditutup menggunakan daun kelapa dan penyangga menggunakan kayu gamal, sedangkan bibitnya berasal dari biji buah kakao dari petani sendiri. Pembibitan dengan ekstrak bawang merah melibatkan proses mengupas bawang merah secukupnya, kemudian diblender dengan air bersih hingga halus. Ekstraknya disaring dan ditambahkan air secukupnya. Setelah itu, ekstrak bawang merah dan biji kakao yang telah dikupas dipindahkan ke loyang, ditunggu hingga 6-8 jam. Biji yang mengapung lebih baik dibuang karena tidak ada cadangan makanan di biji tersebut. Perendaman ekstrak bawang merah ini membuat tunas pada biji kakao tumbuh lebih cepat karena kandungan hormon giberelin dalam bawang merah yang meningkatkan kecepatan perkecambahan, pertumbuhan batang, perkembangan daun, dan merangsang pembungaan secara optimal (Setiawan dkk, 2021).

Selain pembibitan di petani, Cluster Rahmat juga melakukan pembibitan kakao di sebelah kantor Desa Rahmat dengan pembiayaan dari Desa Rahmat. Hal ini membuka lapangan kerja untuk pemuda-pemuda Desa Rahmat. 

“Keren sekali Cluster Rahmat bisa membuka lapangan kerja di Desa Rahmat juga,” ujar salah satu juri saat Pitch Day (presentasi endline). Pembibitan di kantor desa tersebut melibatkan 1.000 bibit dengan jenis kakao klon 45 atau Mcc02.

Melalui proyek produktivitas ini, petani menjadi lebih tahu cara pembibitan kakao yang benar dan jika terdapat pohon kakao yang rusak, mereka tidak harus membeli bibit lagi. Inovasi dan upaya seperti ini diharapkan dapat terus dikembangkan untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dan inklusif bagi generasi mendatang, serta memastikan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani kakao di Indonesia.

0Komentar