![]() |
Perjalanan usaha perikanan budidaya Founder Balad Grup HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy. (Foto: Balad Grup for Kutipantau) |
Ia bukan pejabat, bukan konglomerat. Namun tekad dan keberaniannya mengantarkannya menjalin kerja sama internasional budidaya lobster — salah satu komoditas laut paling strategis dan kontroversial di Indonesia.
"Saya hanya rakyat Indonesia, nelayan yang ingin membangun usaha perikanan budidaya,” ujarnya dengan nada rendah hati.
Namun langkah yang ia ambil tidak sederhana: membangun perusahaan, membuka jejaring lintas negara, dan mengurus perizinan di dua negara sekaligus — Indonesia dan Vietnam.
Khalilur adalah pendiri Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup), sebuah perusahaan kelautan yang kini tengah menjalin kemitraan dan joint venture dengan pembudidaya lobster dari Vietnam. Semua ia lakukan berdasarkan arahan langsung dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (KKP RI), sesuai dengan Kepmen KKP No. 7 Tahun 2024
Namun di balik lembaran regulasi dan dokumen bisnis, tersimpan kisah kemanusiaan yang lebih hangat: bagaimana ia mendapat bimbingan, perhatian, bahkan keramahtamahan dari para pejabat Indonesia — baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dari Hanoi, Dengan Hormat
Ketika berada di Vietnam, Khalilur menghubungi Duta Besar RI untuk Vietnam, Bapak Denny Abdi. Ia tidak menyangka, seorang pejabat tinggi negara akan menerimanya dengan tangan terbuka dan hati yang lapang.
“Beliau menerima saya seperti anak sendiri. Bukan hanya menjelaskan prosedur diplomatik, beliau juga menjelaskan hubungan historis dan ekonomi Indonesia–Vietnam dengan sabar. Saya benar-benar terharu,” kisah Khalilur, matanya berkaca-kaca.
Hubungan itu bukan sekadar formalitas diplomatik. Ia menyebut Duta Besar sebagai “abang sendiri”, yang dengan hangat mendampingi rakyat yang datang membawa mimpi besar. “Saya merasa bangga jadi rakyat Indonesia. Karena di luar negeri pun, negara hadir dan membela,” tambahnya.
Tak hanya dukungan dari Dubes RI, birokrasi Vietnam pun mengejutkannya. “Pejabat mereka sangat ramah. Proses perizinan pun tidak berbelit. Mereka menyambut baik kolaborasi kami.”
Pulangnya Harapan ke Tanah Air
Setahun berkutat dengan proses luar negeri, Khalilur pulang ke Indonesia. Dalam bayangannya, birokrasi dalam negeri akan menyulitkan. Tapi dugaannya salah besar.
“Pejabat di Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP RI sangat bersahabat. Mereka justru membimbing saya langkah demi langkah. Tidak ada sikap eksklusif. Saya dilayani seperti warga yang ingin maju,” katanya.
Khalilur bahkan menyebut interaksinya dengan KKP sebagai pengalaman yang menggugurkan stigma buruk tentang birokrasi. “Mereka bukan mafia, seperti yang banyak dibicarakan. Mereka adalah pembina. Pendamping. Sahabat rakyat.”
Ia yakin, jika birokrasi seperti ini dipertahankan dan diperkuat, Indonesia akan menjadi kekuatan utama dunia dalam sektor budidaya perikanan. Bahkan, menjadi “kiblat dunia” untuk budidaya lobster.
Bukan Sekadar Bisnis, Ini Cinta pada Negeri
Kisah Khalilur bukan semata-mata soal bisnis dan ekspor. Ini adalah tentang harapan. Tentang rakyat kecil yang disambut oleh negaranya, bukan diabaikan. Tentang pejabat yang bukan hanya bekerja, tetapi hadir dengan hati.
“Ini bukan perjuangan pribadi. Ini perjuangan semua rakyat yang ingin melihat Indonesia berjaya,” tutupnya.
Kini, BALAD Grup bersiap melangkah lebih jauh. Dengan dukungan dari KKP RI, kedutaan, dan mitra Vietnam, mereka membawa semangat baru: bahwa masa depan Indonesia di laut, dan rakyat bisa jadi pemimpinnya.
0Komentar