![]() |
Perusahaan raksasa SABHUMI BARAT BASRA dan puluhan induk perusahaannya |
Bisnis – PT Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup), perusahaan yang bergerak di bidang perikanan budidaya dan pertambangan, mengumumkan penundaan agenda anjangsana bisnis ke Tiongkok hingga akhir Juli 2025. Penundaan ini dilakukan sebagai langkah strategis perusahaan untuk memusatkan perhatian pada penyelesaian perizinan budidaya lobster luar negeri di Vietnam.
Founder dan Owner BALAD Grup, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy atau akrab disapa Jih Lilur yang kini berada di Hanoi bersama Direktur Utama perusahaan, menyatakan bahwa proses perizinan sedang difinalisasi di Department of Fisheries Kementerian Pertanian dan Lingkungan Vietnam (DOF MAE).
“Proses ini adalah kunci bagi kami untuk membuka peluang pasar global dari segmen budidaya lobster,” ujar Jih Lilur.
Keputusan BALAD Grup selaras dengan kebijakan nasional melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KKP) No. 7 Tahun 2024, yang membagi usaha budidaya lobster menjadi dua jalur utama: dalam negeri dan luar negeri. Salah satu syarat mutlak untuk dapat membudidayakan lobster di luar negeri adalah keberadaan budidaya aktif di dalam negeri dengan skala besar.
Sebagai tindak lanjut, BALAD Grup memperluas area budidaya lobster domestik dari empat teluk menjadi 16 teluk di gugusan Teluk Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Total area yang dikelola mencapai 8.800 hektare. Langkah ini dimaksudkan untuk mengamankan kapasitas produksi jangka panjang sekaligus memenuhi syarat ekspansi global.
Setelah memperoleh izin dari otoritas Vietnam, BALAD Grup berencana mengajukan perizinan resmi ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
“Kami menargetkan pengajuan izin ke Ditjen PB KKP RI dilakukan sesegera mungkin setelah dokumen dari Vietnam rampung pada minggu pertama Juli,” tambahnya.
Penundaan agenda bisnis ke China berdampak pada dua kegiatan utama yang sebelumnya dijadwalkan: survei lokasi budidaya teripang di Provinsi Shandong dan Fujian, serta survei teknologi mesin produksi tambang. Anjangsana tersebut semula dijadwalkan pada 3 Juli, dan kini digeser ke 24 Juli 2025.
Selain di sektor perikanan, BALAD Grup juga aktif di sektor pertambangan melalui dua induk perusahaan, yaitu PT Sarana Nata Tambang Lestari (SANTRI Grup) dan PT Bandar Indonesia Grup (BIG). Kedua perusahaan tersebut memiliki puluhan blok tambang pasir silika tersebar di Jawa Timur, Bangka Belitung, Lampung, dan Kalimantan Tengah.
Direksi perusahaan menyebut penundaan ini penting karena survei ke China juga mencakup kerja sama teknologi dengan pabrikan mesin silika, timah, dan zirkon untuk menunjang kebutuhan dua industri besar di JIIPE Gresik, yakni Smelter Freeport dan Pabrik Kaca Xinyi.
“Kami butuh mesin produksi yang memenuhi standar kualitas internasional,” tegas Jih Lilur.
Meskipun agenda China ditunda, perusahaan menilai keputusan ini justru mengukuhkan strategi jangka panjang yang berfokus pada penguatan fondasi operasional dan legalitas di sektor kelautan.
“Prioritas kami saat ini adalah menyelesaikan semua persyaratan budidaya lobster luar negeri. Setelah itu, ekspansi ke China akan kami lanjutkan dengan lebih mantap,” katanya.
Dengan strategi ekspansi ganda di sektor perikanan dan pertambangan, BALAD Grup menargetkan Indonesia tidak hanya sebagai produsen, tapi juga sebagai benchmark global di bidang budidaya laut dan industri bahan baku strategis.
“Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat baru perikanan budidaya dunia,” tutup Jih Lilur
0Komentar